AGLONEMA


Setelah sukses disilangkan, banyak orang yang kini melirik tanaman satu ini. Warna daunnya menawan. Harganya pun langsung melejit ke angka jutaan rupiah per tanaman.

Tanaman aglonema atau akrab disebut sri rejeki ini memiliki ragam spesies yang cukup banyak. Sebut saja Aglaonema Commutatum, yang bentuk daunnya seperti mata tombak dan berwarna hijau, dengan panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 5 cm. Jenis aglonema ini mempunyai beberapa varietas terkenal, antara lain A. commutatum maculatum. Daunnya hijau gelap dengan sirip-sirip keperakan yang temaram. Juga A. commutatum treubi, berdaun hijau kebiru-biruan, lalu A. pseudo bracteatum, yang berdaun hijau dengan sirip kekuningan.

Ada pula Aglaonema costatum, yang bentuk daunnya mirip "hati", berwarna hijau bersinar dengan bintik-bintik putih. Dikenal pula A. crispum, warna daun agak kelabu dengan tepi hijau lunak. Yang tak kalah menarik adalah A. rotundum, bernenek moyang dari hutan-hutan di Sumatera, dengan ciri khas daunnya berwarna merah gelap dengan garis-garis merah marun.

TAK TAHAN KERING

Agar aglonema yang anggun ini tampil menawan, perhatikan syarat hidupnya. Antara lain tempatnya teduh (lebih baik jika diberi naungan), hindari matahari secara langsung, serta tempat tanam memiliki sirkulasi udara bagus. Yang penting, media tanamnya harus porous. Anda bisa memakai humus daun dan pasir, dengan perbandingan 3 : 1. Atau campuran antara sekam (4 bagian), cocopeat (1 bagian) dan pasir (1 bagian). Perhatikan sekamnya. Pilih yang masih utuh, bukan sekam yang sudah hancur lembut. Bisa pula menggunakan media tanam campuran sabut kelapa giling halus, humus, dan pupuk kandang (1 : 1 : 1).

Setelah itu, masukkan media tanam ke dalam pot sampai tigaperempat bagian. Sebelumnya, dasar pot diberi pecahan genting atau bata merah. Tambahkan pupuk slow release, misalnya Dekastar, sebanyak 1 sendok teh. Kemudian masukkan bibit aglonema tegak tepat di tengah pot. Tambahkan media tanamnya sampai penuh, kemudian siram dan letakkan di tempat teduh. Yang harus diingat, aglonema tidak tahan kering. Jadi, lakukan penyiraman setiap hari. Kecuali bila medianya dicampur sabut kelapa, penyiraman bisa 2 - 3 hari sekali.

Pemupukan slow release diberikan lagi setiap 3 bulan sekali. Ada baiknya diberi pupuk daun, misalnya Vitablum, setiap 2 - 3 minggu sekali. Waspadalah terhadap serangan hama penggerek batang. Ia bisa meludeskan akar tanaman, sehingga tanaman harus dibongkar. Bagian yang terserang dibuang, ulatnya dibunuh. Ada baiknya lakukan penyemprotan pestisida secara rutin sebulan sekali.

Jika Anda pingin daun-daun aglonema tampil kinclong, bersihkan daun-daun itu dengan air bersih. Lalu, daun-daun tersebut dilap dengan cairan susu bubuk, atau bisa juga air susu segar. Dijamin daun-daun aglonema pun indah mengkilap.

PENYILANGAN SENDIRI

Daya pikat aglonema memang pada daunnya. Layaklah jika ia sering dipakai sebagai tanaman indoor yang betah sampai seminggu. Ketika tanaman sudah tua, keluarlah bunga. Dari bunga inilah, dilakukan penyilangan.

Penyilangan bisa dilakukan pada tanaman yang berbeda jenis. Terserah, jenis apa yang hendak disilangkan. Mana yang dijadikan induk betina, mana pula yang jadi induk pejantan, semuanya pun terserah Anda. Siapa tahu, dari main-main, Anda bisa menghasilkan aglonema yang unik.

1. Amati benar ketika bunga-bunga aglonema mulai bermekaran. Misalnya aglonema "X." Lihatlah bagian tongkol bunga, apakah terdapat serbuk (mirip bedak)? Bila ada, berarti serbuk sari dijadikan induk pejantan. Perhatikan pula bagian bawah tongkol bunga aglonema "Y" yang nantinya dijadikan induk betina.

2. Ambil kuas bersih untuk mengambil serbuk sari, lantas oleskan merata pada putiknya. Setelah itu tanaman yang sudah diserbuk dikerudungi kantong plastik. Ini agar lebih aman, sekaligus menjaga kelembapannya.

3. Waktu penyilangan sebaiknya pagi hari sekitar pukul 7 - 9. Jika terlalu siang, biasanya serbuk sari sudah pada rontok.

4. Penyilangan berhasil bila terbentuk buah. Satu tongkol dapat menghasilkan sekitar 10 - 30 buah. Sedangkan seludang bunga lainnya biasanya mengering.

5. Tunggu kira-kira 6 bulan, ketika buah itu dapat dipetik. Kemudian seleksi untuk mendapatkan buah yang siap tanam.

SANG PERAIH EMAS

Namanya seindah pemiliknya: Pride of Sumatera. Ia merupakan salah satu jenis aglonema silangan. Nama dagangnya Red Sumatera dan pernah meraih medali emas di ajang lomba tanaman hias di Belanda. Sang penyilang adalah Gregori Hambali, yang sejak awal tahun 1980-an tekun menyilangkan Aglaonema rotundum sebagai induk jantan dengan Aglaonema commutatum tricolour sebagai induk betina. Ciri khas Pride of Sumatera antara lain permukaan bawah daunnya berwarna merah semarak, sementara permukaan atas daunnya hijau tua mengkilap. Bentuk daun memanjang dengan ujung meruncing, dan tulang daunnya merah menyala.

Selain Red Sumatera, hasil silangan Greg yang lain adalah Aglaonema Shinta, Srikandi, Aglaonema Diana (mengingatkan kecantikan Lady Diana), Aglaonema Juliet (terinspirasi romantika Romeo dan Juliet), dan Aglaonema Widuri. Kini, banyak orang yang mencoba melakukan penyilangan sendiri. Tak heran jika di pasaran terlihat warna-warni aglonema dengan harga yang cukup tinggi.

DICANGKOK PUN BISA

Apa yang bisa Anda lakukan jika tak betah menunggu anakan yang terlalu lama? Cobalah "mencangkok" sendiri. Caranya?

1. Amati dan pilih batang aglonema yang cukup panjang. Bersihkan beberapa pelepah daun yang sudah tua.

2. Siapkan botol plastik bekas. Potong leher botol, lalu buat sayatan dari atas sampai bawah. Bagian dasar botol diberi lubang, kira-kira sebesar batang aglaonema.

3. Pasang botol tersebut pada batang aglonema. Isilah dengan media tanamnya berupa cocopeat dan humus (1:1). Ikatlah erat-erat botol itu.

4. Rajinlah menyiram. Usahakan jangan sampai media dalam botol menjadi kering.

5. Kira-kira sebulan kemudian, muncullah tunas-tunas. Tunggu hingga akar-akarnya makin kuat.

6. Setelah umur 3 bulan, bukalah botol, lalu bersihkan media.

7. Ambil pisau tajam untuk memisahkan tunas-tunas anakan. Ini berarti, Anda sudah memiliki beberapa bibit baru.

8. Rendam bibit-bibit tersebut dalam larutan fungisida selama sekitar 10 menit sebelum kemudian ditanam dalam pot. Gampang, kan?

Jurus Jitu Memilih Aglaonema

Agar Berkualitas dan Bernilai Tinggi

Keindahan aglaonema tak pernah ada batasnya. Stok silangan yang terproduksi dari lokal maupun impor, membuat kita tak pernah bosan dengan tanaman hias ini. Namun pertanyaannya, bagaimana memilih aglaonema impor atau lokal yang baik dan apakah merawatnya semudah kita memilih tanaman ini di toko bunga?

Membeli tanaman idola memang gampang-gampang susah, termasuk membeli aglaonema. Sebelum membeli aglaonema, sebaiknya kita paham dengan barang yang akan dibeli. Sebab pada dasarnya, beberapa aglaonema memiliki keunggulan dan ciri khusus, hingga tak jarang jika lengah berakibat pada penularan koleksi lain.
Saat ini, jika dispesifikasikan ada tiga kelompok besar aglaonema yang biasa didapat di pasaran, yaitu aglaonema lokal non silangan, lokal, dan impor silangan. Menurut Pakar Aglaonema Indonesia, Gregori Garnadi Hambali, saat ditemui di Banjarbaru Kalimantan Selatan (Kalsel), sebenarnya ada lagi aglaonema lokal non silangan dari luar (umumnya dari Belandan dan Amerika). Hanya ketetatnya birokrasi dan sistematika pindah tangan, membuat jenis ini sulit untuk keluar.
Terpenting adalah mengenal ciri yang ada pada beberapa golongan aglaonema tersebut. Selain berguna bagi proses pemeliharaan dan perawatan, tahap ini bisa meminimalisir kekecewaan pasca pembelian tanaman (karena cepat mati atau sering terserang penyakit). Aglaonema silangan impor, sering dengan perwujudan yang fantastis.
Itu ditandai dengan kemunculan warna-warna yang kontras, seperti kuning dan merah sampai warna solid salah satunya. Karena kebanyakan dihasilkan dari kultur jaringan (mayoritas produk Thailand sebagai negara pengimpor aglaonema terbesar di Indonesia), umumnya jenis ini memiliki daun yang lebih tipis ketimbang hasil budidaya biji. Namun keistimewaannya, jenis ini memiliki struktur permukaan daun yang lebih halus.

Beberapa orang beranggapan, daun yang tipis bisa jadi tebal ketika dibawa ke Indonesia. Pengaruh musim, diduga melatar-belakangi perkembangan daun ini. Secara umum, dalam hal estetika aglaonema impor silangan unggul jauh. Hanya karena dibudidaya secara instan dan tak melalui metode pemuliaan yang panjang, tak jarang jenis ini rentan penyakit. Tak jarang, jenis ini juga disebut-sebut pembawa wabah penyakit yang siap menular ke aglaonema koleksi lain.

“Berhati hatilah memberi aglaonema impor. Jika ragu, gunakan sistem karantina yang cukup sampai dirasa aglaonema steril dari penyakit. Sistem karantina bermacam-macam, bisa menggunakan desin-sektan atau memberi spase tersendiri aglaonema yang baru datang,”

Untuk memastikan kesehatan tanaman, usahakan tak hanya melihat dari daun yang menarik, tapi juga akar dan batang bawah. Semakin banyak ditemukan kebusukan di akar dan batang bawah, makin tak sehat tanaman.

Aglaonema Lokal Silangan

Jenis kedua adalah aglaonema lokal silangan. Jenis ini biasanya lebih tahan banting bila dibandingkan dengan jenis impor. Tak mau kalah dengan jenis impor, jenis lokal silangan sangat kuat dalam hal komposisi warna. Gradasi warna dasar dan baru, membuat motifnya menarik. Contoh paling mudah dapat kita lihat dari aglaonema silangan fenomenal Pride of Sumatera (POS).

Daun yang tebal jadi keistimewaan selanjutnya, meski daun yang ada tak sehalus struktur daun jenis aglaonema selangan impor. Beberapa jenis juga sering rentan menderita sakit akibat virus. Penyusunan gen yang tak sempurna diduga jadi latar belakang fenomena ini. Namun secara umum, aglaonema silangan lokal jarang sakit seperti aglaonema silangan impor.

Meski berembel-embel lokal, jangan meremehkan dalam hal harga. Pasalnya, jika dilihat dari perputarannya hasil silangan pertama jenis ini bisa dihargai sampai Rp 50 juta. Ini yang sering terjadi pada koleksi Greg yang dipinang kolektor lain. Memilih jenis ini yang berkualitas pada dasarnya sama dengan aglaonema impor silangan. Daun, akar, dan batang bawah jadi sorotan yang harus tak terlewatkan. Usahakan melihat akar yang telah tertancap di pot. Semakin banyak dan jarang busuk adalah pertanda tanaman sehat.

Aglaonema Lokal

Jenis terakhir adalah aglaonema lokal. Meski dulu jarang dilirik dan keberadaannya hanya difungsikan sebagai indukan, tapi kini pencinta jenis ini kian marak. Bahkan tak mau kalah, pemilik aglaonema yang kebanyakan didominasi warna hijau dan putih ini sudah berani unjuk gigi dengan mendaftar setiap kontes aglaonema digelar.

Karena jika kita membicarakan warna, jenis ini kalah telak dengan jenis silangan lokal maupun impor. Umumnya, jenis ini memiliki keunggulan di bentuk daun. Daun besar dan aneka bentuk lancip adalah bentuk yang sering dijumpai pada aglaonema lokal. Karena sering dijumpai dan sudah familiar hidup di Indonesia, jenis ini banyak ditemukan di mana-mana dan berjumlah banyak, sehingga dalam hal harga jenis ini tergolong paling murah ketimbang dua jenis sebelumnya.

“Di pasaran, aglaonema lokal yang sudah berusia dewasa sering dijual maksimal Rp 500 ribu (untuk tanaman yang belum menang kontes). Jika sudah merasakan gelar, harga naik jadi dua kali lipat sekitar Rp 10 juta per pot,” jelas M Zainudin, Kolektor dan Pecinta Aglaonema Lokal di Banjarbaru Kalsel. Jika melihat serangan penyakit dari virus dan bakteri, jenis ini paling tahan banting. Namun umumnya, jika melihat musuh alaminya, aglaonema lokal sering jadi santapan lezat serangga dan jamur, sehingga jika Anda memutuskan untuk membeli jenis ini, usahakan daun yang ada tak memiliki sedikit pun bekas jamur dan serangga atau telur-telur serangga yang biasa melekat.

Bedakan Lokal dengan Impor

Langkah ini diambil untuk membedakan mana jenis aglaonema lokal yang didatangkan dari luar negeri dengan proses kultur jaringan. Memang saat ini untuk aglaonema lokal mendapatkan apresiasi besar, terutama dari karya Greg Hambali. Namun masalahnya, produksi dalam negeri masih belum mampu memenuhi permintaan pasar yang besar.
Sebab dengan cara pengembang-biakan secara tradisional, maka untuk mendapatkan bibit baru membutuhkan waktu yang lama. Sementara untuk melakukan pembiakan masal dengan kultur jaringan masih sedikit yang bisa membuatnya. Padahal proses kultur jadi satu-satunya cara pembiakan secara masal dan celakanya pelaku industri tanaman hias lokal kurang bisa menangkap peluang ini. Akhirnya, mau tak mau Thailand jadi tujuan utama mencari produk aglaonema yang dihasilkan oleh anak bangsa.
Beruntung hasil aglaonema dari kultur jaringan melalui impor – meski dari jenis yang sama – tapi punya karakter berbeda. Untuk membedakan aglaonema lokal yang diperbanyak secara alami lewat stek maupun cangkok dengan aglaonema dari kultur jaringan, ternyata mudah. Wajar, karena bagi penghobi berpengalaman bukan hal sulit, tapi bagi pemula lain ceritanya. “Paling gampang melihat struktur warna merah yang jadi ciri khas produk lokal,”

Untuk produk alami, warna merah yang muncul bisa cerah dan tegas, terutama untuk bagian belakang daun, tangkai daun, dan motif di permukaan daun. Kondisi ini berbeda dengan hasil dari kultur yang memiliki warna lebih pudar. Pudar di sini tetap memberikan kesan merah, tapi tak begitu cerah.
Selanjutnya yang paling mudah dilihat adalah dari ukuran daun yang lebih kecil dibandingkan jenis lokal. Pembanding ini sulit, karena harus melihat dulu aglaonema lokal. Namun bisa juga dilihat dari daun tua yang ada di bawah. Bila daun tua jauh lebih kecil dari daun baru, itu jadi ciri khas dari hasil kultur jaringan. Namun jangan khawatir bila mendapatkan produk kultur, karena saat tumbuh tunas baru, maka kualitas anakan akan sama dengan aglaonema lokal. Sebab, sudah melalui perbanyakan secara alami.

Menjadikan Aglaonema Berharga Mahal

Patokan harga tinggi untuk beberapa jenis aglaonema, tentu berkaitan dengan urusan tampilan maksimal. Selama ini keberadaan aglaonema impor bisa disejajarkan dengan jenis lokal. Hanya varian untuk jenis impor lebih beragam, sehingga kehadirannya makin memperkaya khasanah tanaman hias Tanah Air. “Pada dasarnya, semua tanaman itu memiliki nilai ekonomi. Hanya untuk tinggi-rendahnya bergantung pada pesona yang ditampilkan,” Untuk aglaonema jenis impor masih memegang kendali cukup kuat. Lantaran beragamnya jenis yang ditampilkan, sehingga konsumen pun mempunyai banyak alternatif untuk memilih, seperti harga aglaonema silangan dari Thailand yang memiliki nama pasar legacy, harga yang dipatok tergolong tinggi, yaitu Rp 500 ribu per tanaman atau bahkan harga ini bisa lebih tinggi. Itu bergantung pada tampilannya, dimana semakin berkarakter tentu akan berpengaruh pada nilai jualnya. Ini berkaitan dengan nilai estetika, tren, dan kelangkaan. Sepertinya, membuat tanaman tampil prima bukan jadi satu hal yang sulit dilakukan, dimana tampilan yang maksimal akan berdampak pada tingginya nilai ekonomi. Ingin tahu kiat membuat pesonanya tampil ciamik, baik untuk aglaonema jenis lokal ataupun impor.

Khusus Penghobi

Ada beberapa kriteria yang diperhatikan untuk membuat tanaman berharga mahal dengan tampilan optimal. Utamanya adalah masalah kelangkaan, keunikan, terawatt, dan tren – dimana penghobi di sini sebagai end user yang menilai tanaman bukan hanya dari harga, tapi lebih ke pesona tanaman keseluruhan.

1. Langka
Faktor kelangkaan bisa memicu mahalnya tanaman. Kelangkaan ini bisa ditimbulkan dari sulitnya dikembang-biakan, masih sedikit yang menjual karena tak tren atau tanaman banyak, tapi penjualnya tak mau melepas. Jadi bisa dikategorikan sebagai langka di pasar dan langka, karena sulit dikembang-biakan.

2. Unik
Semua tanaman unik dan tak memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Tapi unik yang dimaksud adalah memiliki ciri khas mencolok dan berbeda dari aslinya. Di pasaran dikenal istilah variegata dan mutasi. Kadang ada juga yang menyebut albino. Kebanyakan tanaman yang variegata dihasilkan dari biji. Mutasi adalah kelainan yang terjadi, karena campur tangan alam (penyakit karena virus atau faktor bawaan lain) atau campur tangan manusia. Biasa dikenal dengan rekayasa genetik.

3. Perawatan Optimal
Tanaman yang terawat baik akan memiliki bentuk yang baik dan sehat. Karena terawatt, maka bentuk daun, batang, dan bunga jadi lebih indah. Tanaman yang mahal pun apabila tak terawat dengan baik akan berkurang nilainya. Misalnya, aglaonema yang daunnya rusak, pasti tak dihitung dalam penilaian. Itu berkaitan juga dengan keserempakan daun yang makin menambah nilai.

4. Membaca Tren
Seperti halnya fashion, tanaman punya tren sendiri. Saat tren turun, otomatis tanaman akan turun nilainya. Turunnya nilai bukan karena tanaman tersebut tak unik atau tak terawat, tapi mutlak karena hukum pasar.

5. Kenali Hukum Pasar
Saat sedang tren atau memang langka, maka persediaan biasanya tak sebanding dengan permintaan. Sesuai hukum pasar, maka naiklah harganya. Ini wajar terjadi di dunia tanaman hias, berputar sesuai dengan siklusnya.

Bagi Pedagang

Tak dapat dipungkiri, para pedagang lebih berharap pada profit oriented. Namun bukan berarti tak memperhitungkan kualitas barang. Inilah yang paling orang mau lakukan walau tak mudah melakukannya. Tanaman bisa dibuat jadi mahal apabila Anda mau mengerjakan hal-hal berikut:

1. Merawat tanaman dengan baik
Ini adalah mutlak. Tanaman yang terawat baik secara kasat mata akan indah. Walau hanya sekedar tanaman sansiviera yang biasa ada di pinggir jalan, kalau dirawat dengan baik pasti akan punya nilai yang lebih tinggi. Perawatan adalah dengan memberikan tempat yang baik (pot dan media), melakukan perawatan daun kalau tanaman itu punya nilai di daunnya, memberikan pupuk yang tepat, mengganti media saat dibutuhkan, dan terus mengecek kesehatan secara berkala. Dalam hal ini juga bisa dilakukan proses pembentukan, supaya bentuk lebih indah dan kompak.

2. Koleksi tanaman unik dan langka
Kadang tanaman jenis unik dan langka tak serta-merta harganya mahal saat membeli. Pemilihan tanaman unik bisa dilakukan dengan berkeliling di kebun pembibitan tanaman hias. Biasanya bibit unik bisa mulai terdeteksi saat usia seedling muda. Untuk tanaman langka bisa berburu langsung ke daerah yang bersangkutan. Tanaman langka biasanya sulit ditemukan di nurseri biasa. Kalau ada sedikit kenekatan dan modal, bisa saja langsung cari ke nurseri di luar negeri. Pembelian bisa lewat internet atau langsung ke lokasi.

3. Pintar prediksi tren tanaman
Dalam hal ini lebih mengandalkan kemampuan insting, yaitu dengan memperbanyak referensi tentang jenis tanaman, baik dari media ataupun komunitas yang banyak terbentuk di masing-masing kota. Hanya diperhatikan bahwa tren tanaman biasanya berputar. Jadi kalau ketinggalan tren – tak masalah – toh nantinya tanaman kita bisa terangkat naik.

Cara Tepat Merawat Aglaonema

Kenali Pantangan si Ratu Daun
Pesona aglaonema akan senantiasa terpancar. Itu selama si pemilik memenuhi syarat penting untuk tumbuh kembang si ratu daun ini, yaitu teknik perawatan.
Perawatan aglaonema memang terkenal sulit. Sebab, ia termasuk tanaman ‘manja’. Namun bila si pemilik tahu kelemahan, kelebihan, dan pantangan tanaman ini, sinar daunnya akan terpancar indah nan mengkilap. Tips dan trik tepat cara tangani si ratu daun ini.

Hindarkan Air Kaporit
Agar agalonema terlihat segar setiap saat, banyak yang menggunakan alternatif dengan menyiram bagian daunnya. Namun siapa mengira kalau jenis air untuk menyiram aglaonema juga penting diperhatikan. Intinya, tak sembarang jenis air bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan aglaonema. Meski hanya untuk kebutuhan estetika.
Memilih jenis air sebaiknya menghindari yang mengandung kaporit. Lebih baik menggunakan air murni ataupun air sumur yang belum terkontaminasi bahan kimia. Namun bagi Anda yang di daerahnya hanya terdapat air ledeng, dimana sudah dipastikan kadar kaporit yang terkandung di dalamnya, yaitu bisa menggunakan alternatif dengan mendiamkan air selama 2-4 hari. Itu dilakukan untuk mengendapkan unsur kaporit di dalam air. Barulah air bisa digunakan dengan mengambil bagian atasnya dan sisakan endapan airnya. Maka, air aman disemprotkan pada aglaonema.

Periksa Media Tanam
Pasti bukan hal yang menyenangkan jika daun aglaonema terlihat lebih kecil dari semula. Banyak faktor yang berpotensi untuk mempengaruhi tampilan aglaonema ini. Salah satunya berhubungan dengan unsur media tanam. Langkah awal yang bisa dilakukan jika menemui perubahan tampilan pada aglaonema adalah dengan memeriksa media tanam.
Jika media terasa keras dan padat, itu menandakan harus segera diganti. Pasalnya, media yang keras dan padat bisa menyebabkan pertumbuhan akar berhimpitan dan sulit untuk berkembang. Jika struktur akarnya banyak percabangan dan kesannya semrawut, sebaiknya dipangkas.
Sebab, rimbunnya akar akan menghambat pertumbuhan tanaman, meski unsur hara yang ada dalam media bisa terserap dengan cepat. Barulah aglaonema yang dipangkas akarnya dapat ditanam lagi pada pot yang lebih besar, agar memberikan kemudahan bergerak pada fase pertumbuhan akar nantinya. Siram hingga air menetes dari pot, maka tanaman akan segar kembali.

Periksa Akar
Hampir serupa dengan kasus sebelumnya, hanya kali ini bagian daun aglaonema terlihat layu dan lemas, sehingga berdampak pada tampilan tanaman yang tak menunjukkan aura dan karakternya. Kebanyakan menduga, tanaman kekurangan asupan vitamin ataupun pupuk hingga hal fatal pun terjadi, yaitu pemberian dosis pupuk atau vitamin melebihi prosedur yang dianjurkan, dimana banyak yang menggunakan bahan kimia untuk mempercepat efeknya.
Bukannya semakin membaik, kondisi aglaonema malah semakin parah. Bahkan tak sedikit aglaonema mati, karena keracunan unsur kimia. Itu seringkali dikeluhkan para penggemar aglaonema. Untuk mengetahui penyebab layu dan lemasnya daun aglaonema, coba periksa bagian akarnya. Bila akar lodoh (bola akar, red) berwarna coklat kehitaman, tandanya cendawan sudah bersarang, sehingga langkah yang diambil adalah dengan membuang akar yang bersarang dan oleskan fungisida di bagian bekas potongan hingga menutup permukaan.
“Tanam kembali aglaonema di pot dan media yang baru. Tentunya, media yang dapat digunakan adalah non pupuk kandang. Biasanya, bisa diaplikasikan dengan arang sekam, cocopeat (serbuk sabut kelapa, red), pasir malang serta kapur untuk menetralisir kadar keasaman media,” terang Mustaqim.

Tampilan Aglaonema Rusak?

Waspadai Penyakit Umum yang Menyerang
Penyakit pada aglaonema, tentu jadi masalah serius. Selain akan berdampak pada tampilan tanaman, juga mempengaruhi kesehatan tanaman secara keseluruhan. Serangan penyakit ini, lantaran disebabkan oleh dua faktor utama. Mau tahu?
Faktor yang dimaksud adalah cendawan dan bakteri. Cendawan merupakan patogen yang bertanggung jawab terhadap kerusakan sebagian besar tanaman. Jenis patogen ini cenderung memperbanyak diri melalui miselium (spora), dimana spora mempunyai sifat mudah tersebar ke tanaman lain melalui alat pertanian, air atau udara.
Proses perusakannya dilakukan ketika ia memperoleh inang yang cocok, sehingga dengan mudahnya mereka memperbanyak diri. Sedangkan untuk keikutsertaan bakteri lebih sedikit populasinya, dibandingkan dengan cendawan. Biasanya, bakteri menginfeksi tanaman melalui bagian yang terluka.

Banyak kasus pemberian pupuk yang berlebihan dan berpotensi akan membuat akar seperti terbakar, sehingga menimbulkan luka. Nah, dari luka inilah yang jadi pintu masuknya bakteri. Kelembaban tinggi pun bisa memicu kemunculan bakteri. Kebanyakan, munculnya bakteri berasamaan dengan cendawan. Sebagai penanggulangan, penanganan secara kimiawi bisa dijadikan suatu alternatif.


Namun karena jumlah bakterisida di pasar tidak sebanyak fungisida, sehingga alternatif ini terkesan merepotkan. Adapun beberapa tanda-tanda penyakit aglaonema yang sering terjadi, antara lain:

Busuk Akar
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti para penggemar agalonema. Sebab jika hal ini terjadi, besar kemungkinan tanaman tak dapat terselamatkan alias mati, sehingga secara tak langsung akan berdampak pada nilai ekonominya.
Tak sedikit orang yang sampai menanggung puluhan juta rupiah, karena aglaonemanya terserang busuk akar. Berawal dari media yang terlalu basah dan kelembaban terlalu tinggi, dimana air yang terlalu banyak menggenangi akan membuat medianya becek dan lembab, sehingga dalam waktu singkat akar akan berwarna coklat kehitaman.

Selain itu, struktur batang terkulai dan terdapat lubang, daun jadi pucat dan harapan untuk muncul daun muda sangat kecil.
- Penyebab: Phytium sp
- Penanggulangan:
Ganti dengan media porous, agar kelebihan air di dalam pot langsung keluar.
Akar yang terserang busuk, sebaiknya langsung dipotong. Oleskan fungisida pada bekas potongan hingga batang. Itu berguna untuk mencegah serangan sampai batang. Tanam kembali dalam media sekam bakar. Tunggu perubahan selama kurang lebih satu minggu.

Layu Fusarium
Kelayuan pada daun ini terjadi, karena media tanam ber-pH rendah (masam). Hal ini disebabkan, karena media selalu dalam keadaan basah. Gejala serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sampai berubah warna jadi coklat keabuan. Kemudian diikuti dengan menunduknya tangkai yang membusuk.
- Penyebab: Fusarium oxysporium
- Penanggulangan:
Media jangan sampai tergenang air.
Tanaman yang terserang, sebaiknya dicabut. Kemudian dilanjutkan dengan mengganti media tanam. Sebagai pencegahan, sebaiknya siram tanaman dengan formalin 2-5 cc/l sebanyak 200 ml per tanaman di sekitar bagian yang terserang.
Setelahnya, aglaonema diberi pupuk dengan kadar P dan K tinggi.

Layu Bakteri
Gejala serangan ditandai dengan melunaknya daun dan batang yang disertai bau tak sedap. Akan terlihat lendir putih yang kental dan lengket, jika bagian pangkal batang dipotong.
- Penyebab: Erwinia coratovora
- Penanggulangan:
Cegah jangan sampai media terlalu basah. Usahakan selalu ada dalam lingkungan yang tak terlalu lembab.

Bercak Daun
Diyakini adanya bercak pada daun disebabkan karena serangan cendawan, sehingga membuat daun bersifat patogen dan sekaligus saprofit, dimana bercak daun ini tersambung dengan warna daun asli yang belum terserang, sehingga kelamaan bercak itu akan membusuk.
- Penyebab: Botrys sp
- Penanggulangan:
Cukup mudah hal yang dilakukan untuk menanggulangi masalah ini, yaitu hanya dengan memotong bagian daun yang rusak atau terserang bercak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

when i see you smile

P U R I N G

ALOCASIA