P U R I N G


Puring Efektif Menyerap Timbal

Pohon Puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka (2,05 mgr/liter).

Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025 mgr/liter). Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari buangan kendaraan bermotor, pemerintah dan masyarakat disyarankan memperbanyak penanaman dua jenis pohon tersebut.

Logam Berat

Namun juga dimaksudkan untuk mengurangi unsur atau partikel logam berat. Sebab, berdasar penelitian, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan serta peningkatan jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan kandungan logam berat di udara semakin banyak. Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan.

Timah hitam atau Pb merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terisap oleh tubuh melalui pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak. Logam ini bisa merusak sistem syaraf dan pencernaan.

Bahkan, Pb bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan rata-rata empat poin IQ dalam usia tujuh tahun. Padahal, kestabilan ekologi sama pentingnya dengan kestabilan ekonomi. ”Apalah artinya keberhasilan pembangunan ekonomi dan fisik, jika rakyat sakit-sakitan,” Hasil kajian bioreduktor cemaran logam berat timbal (Pb) pada tanaman lanskap jalan di kawasan perkotaan Yogyakarta, sangat mengejutkan.

”Dari empat titik penelitian, ternyata tingkat kandungan Pb di udara sdh sangat membahayakan,”

Selain itu, juga diketahui bahwa dari empat tanaman, yaitu puring, beringin, tanjung, dan ketapang. Pohon tanjung bisa menyerap 0,505 mgr/liter, daun ketapang tidak bisa menyerap Pb, dan yang terbaik adalah daun pohon puring. Jadi, lanjutnya, bisa dibayangkan kondisi kota-kota besar yang tidak dilengkapi dengan pepohonan penyerap unsur tersebut.

Waspadai serangan hama

Seperti tanaman hias lain pada umumnya, penampilan puring yang cantik dan eksotik juga bisa rusak gara-gara serangan sejumlah hama dan penyakit. Hama tanaman puring yang perlu diwaspadai antara lain semut dan kutu putih.

Untuk membasminya, diperlukan pengamatan yang teliti terhadap kondisi kesehatannya dan melakukan penyemprotan dengan pembasmi serangga. Agar penampilan puring tetap menawan, beberapa syarat yang harus diperhatikan antara lain:

1. Syarat media tumbuh.

Media tumbuh yang baik harus mampu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki sistem sanitasi, aerasi dan drainase yang baik, sehingga tidak menjadi sumber penyakit dan bersifat tahan lama. Jangan sampai kondisi media tanam tersebut terlalu lembab.

Komposisi media tumbuh puring bisa terdiri atas tanah merah, humus daun, sekam bakar, pupuk kandang dan bambu.

2. Penyiraman.

Puring akan tumbuh baik bila kebutuhan air tercukupi. Penyiraman dilakukan satu kali sehari, pagi atau sore jika kondisi panas, atau dua hari sekali jika kondisi hujan, atau jangan disiram jika kondisi media masih basah. Kelebihan air bisa menyebabkan akar busuk yang ditandai dengan rontoknya daun-daun muda.

3. Pencahayaan. Cahaya dianggap mampu membuat warna puring menjadi lebih cerah. Puring yang kurang cahaya warnanya akan memudar. Oleh karena itu, ada baiknya pemilik tanaman memenuhi kebutuhan tanaman ini akan cahaya matahari secukupnya. Bila puring dijadikan tanaman hias indoor, setiap sepekan sekali puring dikeluarkan agar kebutuhan akan panas atau cahaya matahari bisa tercukupi.

4. Pemupukan.

Pemupukan bisa dilakukan melalui akar atau daun, setiap tiga bulan sekali. Pemupukan melalui akar dengan cara disiram atau ditabur di atas media sedangkan pemupukan melalui daun dengan penyemprotan. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan jenis pupuk. Saat melakukan pemupukan, ada baiknya juga disertai dengan penggantian media tanam.

Mudahnya Perbanyak Puring

Puring yang saat ini mulai diperhitungkan sebagai tanaman hias yang punya potensi dan penggemar yang luas ternyata mampu melakukan perbanyakan dengan mudah. Dari batang keras yang dimiliki, metode stek dan cangkok menjadi yang paling mudah untuk dilakukan. Selain punya waktu yang relatif singkat hasil perbanyakan juga 100 % sama dengan indukan.Tanaman hias dengan batang keras seperti halnya puring memang bisa tumbuh dengan mengandalkan penyerubukan alami. Namun butuh waktu yang cukup lama dan juga biji yang dihasilkan tidak bisa stabil kadang banyak dan sedikit. Dan yang utama hasil anakan dari biji punya kemungkinan besar tidak sama dengan indukan

Dari model penyerbukan normal yang butuh waktu lebih lama lama ini sekarang banyak ditinggalkan oleh petani dan juga pengusaha tanaman hias. Pasalnya semakin lama perbanyakan tentu semakin lama keuntungan yang bisa diambil. Jadi cara tercepat dan teraman yang akan diambil dengan model cangkok maupun stek.

Cara kerja stek maupun cangkok sebenarnya adalah menumbuhkan akar sebagai serapan nutrisi pada bagian yang diinginkan. Metode ini hampir semua tanaman yang mempunyai batang keras atau berkayu bisa melakukannya namun dengan karakter yang berbeda.

Agus Choliq Pemilik Krokot Nursery yang mengkoleksi puring mengakui menggunakan metode stek dan cangkok dalam melakukan perbanyakan tanamannya. Sedangkan untuk penyerbukan alami dirinya melakukan hanya untuk proses penyilangan. Harapannya bisa menghasilkan satu jenis baru yang baik. Dengan naiknya pamor puring saat ini otomatis proses perbanyakan harus lebih cepat dan evisien sebagai konsekuensi permintaan pasar yang meningkat.

Puring yang mempunyai batang keras mempunyai karakter yang berbeda dengan tanaman lainnya dengan karakter batang lunak. Bila di sejajarkan maka perbanyakan puring sama dengan tanaman yang sering kita lihat di sekitar kita dan yang paling mudah di dapatkan adalah tanaman buah. Berikut kami berikan dua alternatif tips dan trik perbanyakan puring.

Metode Stek Lebih Cepat

Metode stek merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan sebab tidak perlu persiapan yang panjang selain itu alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.

1. Siapkan peralatan yang terdiri dari gunting tanaman, pisau, plastik penutup, tali plastik, pot dan media tanam.

2. Siapkan media tanam dengan campuran pasir, dengan humus bambu.

3. Pilih batang puring yang sudah terlihat tua untuk dipotong. Cirinya cukup mudah perhatikan kulit bila sudah berwarna cokelat seperti kulit kayu berarti batang sudah siap di stek.

4. Potong dengan menggunakan gunting tanaman yang sudah dibersihkan. Hindari pengunaan pisau sebab batang punya struktur yang keras dan mengandung kayu.

5. Setelah terpisah jangan lupa untuk untuk menutup luka di pohon indukan dengan fungisida.

6. Bila daun terlihat rimbun potong di bagian bawah dengan menyisakan sekitar 5-7 daun. Tujuannya untuk mengurangi penguapan yang harus di jaga selama proses stek.

7. Ikat sisa daun mengarah keatas dan tutup dengan plastik untuk mengurangi penguapan.

8. Rendam potongan bawah dlm larutan perangsang akar sekitar 15-20 menit.

9. Masukkan dalam media tanam dengan urutan stylofoam/gabus bisa juga dengan menggunakan pecahan genting, selanjutnya masukkan pasir hingga setengah pot. Setelah itu masukkan potongan stek.

10. Lapisan atas gunakan campuran pasir dgn humus bambu hingga penuh.

11. Tekan media tanam hingga batang bisa berdiri tegak.

12. Siram media tanam dengan menggunakan sisa air perangsang akar

13. Tempatkan ditempat teduh.

Tanda berhasilnya proses stek bisa dilihat dari kondisi daun selama satu hingga dua minggu. Bila terlihat tetap segar bahkan tumbuh tunas baru berarti stek berhasil dan tutup plastik bisa dilepas. Cara stek ini mempunyai kelebihan cepat dan mudah namun keberhasilan proses ini masih mempunyai keberhasilan hingga 90%. Jadi masih ada kemungkinan 10 persen tidak berhasil.

Untuk meminimalkan kegagalan usahakan saat melakukan pemotongan stek dipastikan pohon dalam keadaan sehat. Selain itu batang juga harus sudah tua supaya pertumbuhan akar bisa maksimal. Yang tak kalah penting adalah untuk menjaga kelembaban dengan menempatkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.

Cara Cangkok Lebih Aman

Cara kedua yang bisa dilakukan adalah dengan cangkok. Cara ini punya keberhasilan lebih besar dari pada model stek sebab akar di rangsang sebelum batang di potong. Namun beberapa nursery menganggap cara ini jauh lebih merepotkan.

1. Pilih batang yang sudah tua dengan warna cokelat. Usahkan batang yang dipilih lebih tua dari metode stek

2. Siapkan pisau tajam, plastik, media tanam, dan tali plastik.

3. Kupas kulit batang sekitar 3-4 cm untuk tempat media tanam cangkok.

4. Masukkan media tanam yang terdiri dari humus daun dan bungkus dengan plastik

5. Lubangi plastik untuk memberikan sirkulasi udara

6. Siram media cangkok untuk menjaga kelembaban tanaman jadi jaga agar tidak kering

7. Bila akar sudah terlihat lepas media tanam dan potong batang.

8. Masukan dalam pot urutan sama dengan model stek.

Metode cangkok ini lebih aman sebab saat dipisah dari indukan batang sudah mempunyai akar sehingga yang harus dijaga adalah kandungan nutrisinya. Namun cangkok memang punya waktu lebih lama dan batang yang dipilih harus lebih tua dari metode stek. (bayu)

Warna Warni Puring

Setelah kamboja, tanaman lain yang kerap disebut sebagai tanaman kuburan adalah puring. Sama seperti kamboja, di mata awam, puring pun kerap dipakai untuk menandai letak makam seseorang di tanah pemakaman. Padahal, kini kedua tanaman tersebut sudah naik daun.

Corak dan warna daunnya sangat beragam. Bisa digunakan sebagai pagar tanaman atau tampil di pot pun cantik. Meski belum sepopuler kamboja kuburan atau aglaonema, diyakini tanaman ini banyak diminati orang karena keragaman corak dan warnanya.

Puring (Codiaeum variegatum) atau croton termasuk keluarga Euphorbiaceae, dan banyak dicari orang. Keindahan tanaman ini terletak di variasi warna dan besar kecilnya serta corak daunnya (bintik-bintik, garis, dan lain-lain). Warna daunnya amat beragam, mulai hijau kekuningan, orange, sampai merah cenderung ke ungu. Biasanya, semakin tua usia tanaman, warnanya semakin menonjol. Bahkan, dalam satu tanaman bisa memiliki dua atau tiga warna, semisal merah, hijau, dan kuning. Bentuk daunnya pun sangat banyak, ada yang berbentuk huruf Z, burung walet, keriting spiral dan banyak lagi, tutur Heri Syaefudin, landscaper dari Gonku Landscape and Stock Plant.

Tanaman ini amat banyak jenisnya. Bahkan Heri berani menyebutkan di tempatnya saja ada sekitar 50 jenis puring. Tanaman ini termasuk tanaman yang bisa terkena matahari secara langsung. Cocok sekali dipadu padankan untuk landscape. Karena warnanya beraneka ragam, kalau dipakai untuk landscape bisa membentuk massa warna.

Ketinggian puring bisa mencapai 5 meter. Tapi ditanam di pot juga bisa. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan stek dan cangkok. Bisa ditanam di-border dengan sekelompok tanaman lain, atau soliter tampil sendiri, papar Heri yang menyebut puring sebagai tanaman yang gampang dirawat. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan, sehari sekali ketika musim panas. Medianya pun tanah seperti tanaman lain pada umumnya. Bisa juga dicampur dengan pupuk dan pasir.

Penyakit yang menghinggapi puring biasanya semut atau kutu putih. Untuk membasminya, tinggal disemprot saja dengan pembasmi serangga.

Untuk ke depannya, Heri yakin prospek puring akan semakin berkembang. Karena selain cantik dipandang, tanaman ini juga cepat tumbuh dan tidak terlalu menuntut perhatian tinggi dalam merawatnya. Semoga puring juga bisa diterima orang, seperti orang menerima kamboja jepang, tandasnya penuh harap.

Serap Gas Beracun

1. Dapat dipakai sebagai pagar hidup pembatas antara halaman rumah dan jalan.
2. Jika terkena sinar matahari tampilan puring akan makin cantik, cerah, dan menawan.
3. Selain lidah mertua, sri rejeki, dan pandan bali, ternyata puring juga mampu menyerap gasberacun dengan berbagai kapasitas rendah hingga sedang.
4. Tanaman puring aslinya berasal dari wilayah Maluku.
5. Kegunaannya sebagai tanaman obat, antara lain rebusan daun hijau yang sudah tua dipakai untuk mandi dan diminum untuk menurunkan demam. Rebusan akar digunakan sebagai obat pencahar.

PURING: BENTUK DAUNNYA INDAH & VARIATIF

Bentuk dan warna daun Puring yang eksotis, membuat jenis tanaman yang satu ini memiliki prospek ekonomi di masa depan.

Saat ini, perhatian masyarakat pecinta dan kolektor tanaman hias masih tertuju pada Anthurium. Uang puluhan hingga ratusan juta rupiah bukan persoalan untuk mendapatkan jenis tanaman hias tersebut. Maka, tak heran pada calo dan makelar tanaman jenis ini pun tumbuh subur laksana rumput di musim hujan.

Tapi, ibarat selera akan pakaian, setiap saat selalu berganti. Demikian pula tanaman. Suatu saat tanaman ini menjadi favorit masyarakat, lalu di saat yang lain berganti dengan tanaman hias lainnya. Itu pula yang menjadi pegangan para pedagang tanaman hias dalam menawarkan dagangannya. Setelah Anthurium menawarkan jenis tanaman lainnya, yang katanya memiliki prospek bagus di masa depan.

Salah satu jenis yang ditawarkan adalah Puring, sejenis tananam untuk penghias taman. Amdanih, seorang petani tanaman hias di sentra tanaman hias Sawangan Depok, Jawa Barat, diam-diam kini menyiapkan puluhan jenis tanaman puring. Hal yang sama juga dilakukan oleh para petani lainnya di daerah tersebut.

Puring atau Kodium merupakan tanaman indemik Indonesia. Jenis tanaman ini paling banyak terdapat di bagian timur Indonesia. Semula, tanaman ini dianggap sebagai tanaman liar. Dengan mudah ditemukan di pemakaman, terutama pada kuburan-kuburan tua. Keindahan tanaman ini terletak pada daunnya yang eksotik. Baik warna mau pun bentuk daunnya cukup banyak variasinya.

Seiring Berkembangnya Properti

Tanaman Puring termasuk famili araliase atau jenis tanaman berkayu (berkambium) dari perdu sampai pohon. Jenisnya ratusan. Di antara sekian banyak jenis itu, yang paling dikenal adalah Puring Kura, Lilin, Cabe, Bulu Ayam, Api, Jet dan Spagethi. Pemberian nama disesuaikan dengan bentuk daunnya. Puring Lilin misalnya, karena garis tengah daunnya mirip lilin. Atau Puring Bulu Ayam, daunnya menyerupai bulu ayam. Begitu pula Puring Kura, karena daunnya seperti Kura-kura.

Tapi tidak semua penamaan itu berdasarkan bentuk daunnya. Ada pula berdasarkan tempat terjadi persilangan atau asal dari tanaman Puring tersebut. Contohnya Puring Malang, karena jenis ini diperoleh dari hasil persilangan yang dilakukan di Malang, Jawa Timur. Demikian pula jenis Oskar, Kora, Ketapang, India, serta Kora Thailand.

Puring merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai komponen pembuatan taman. Semula, kebutuhan tanaman ini mengikuti perkembangan usaha properti. “Bila perkembangan dunia properti bagus, maka permintaan akan puring juga bagus. Ada istilah, bila semen laku maka Puring juga laku, tidak mungkin ada orang bikin rumah tanpa sebatang pohon pun,” kata Amdanih menambahkan.

Membuat bentuk daun menjadi bervariasi bisa dilakukan dengan rekayasa. Antara lain dengan cara stek atau menyambung. Dengan cara ini, akan terbentuk variasi daun baru pada satu batang pohon. Sedangkan untuk memperbanyak bisa dilakukan dengan cara vegetatif atau pembibitan dengan biji, selain dengan okulasi dan cangkok.

Untuk mendapatkan biji puring, maka tanaman itu harus dipelihara dalam waktu yang relatif lama. Cara ini memungkinkan bila perbanyakan dilakukan dalam jumlah banyak. Sedangkan perbanyakan dengan cara cangkok, diperlukan bibit (hasil cangkokan) yang umurnya relatif lebih tua, dan bisa langsung ditanam di media sesungguhnya.

Lalu, untuk memperoleh varietas Puring baru, dapat pula dilakukan dengan cara kawin silang. Yaitu, mengawinkan putik jenis Puring tertentu dengan benang sari Puring lainnya. Cara ini memerlukan waktu yang lebih lama, dan juga membutuhkan ketekunan dan kesabaran.

Bisa Mahal

Secara ekonomi, menurut Amdanih, nilai ekonomi sebatang pohon Puring tidak bisa setinggi Anthurium. Namun, ada beberapa jenis puring yang memiliki harga relatif tinggi, misalnya puring langka, bentuk dan warna daunnya sangat unik. Biasanya, yang termasuk jenis ini adalah puring koleksi dan diburu para kolektor, antara lain: Puring Kura, Kura Thailand, India, dan Puring Fantasi.

Belakangan permintaan akan Puring ini menunjukkan tren meningkat, seiring dengan makin bergairahnya pembangunan property. Karena permintaan dalam jumlah banyak, maka petani akan memperoleh keuntungan yang lumayan juga. “Untuk sebuah taman berukuran besar dibutuhkan ratusan pohon Puring. Jangankan tanam yang luas, taman untuk sebuah rumah kecil pun membutuhkan puluhan pohon,” kata Amdanih, mengenai prospek tanaman ini.

Tanaman Puring, menurut Amdanih, sempat mengalami booming pada 2006. Namun, karena ketiadaan stok yang tersedia di tingkat petani, maka para pemburu tanaman tak bisa berbuat apa-apa. Selain itu, tanaman puring tenggelam karena kalah famor dengan Anthurium yang saat itu mulai naik daun.

Pada 2007 ini pasaran tanaman Puring tampaknya mulai cerah kembali. “Pada tahun itu, saya sempat ditawari sebatang Puring Kura seharga lima Juta Rupiah,” kata Amdanih menambahkan.

Untuk mengantisipasi meingkatnya permitaan, saat ini ada sejumlah orang yang mulai mengumpulkan dan membiakkan tanaman Puring dalam jumlah besar. Ia yakin, satu saat nanti, tanaman ini akan menggantikan Anthurium dan menjadi salah satu tanaman yang paling diburu para pecintanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

when i see you smile

ALOCASIA